Selasa, 22 September 2015

Fisiologi Hewan : Homeostatis


HOMEOSTATIS

Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah karena memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan  terhadap lingkungannya. Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat bertahan hidup di lingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai kemampuan mempertahankan keadaan lingkungan dalamnya (ilieu interieur). Hal ini akan melindungi sel-sel yang letaknya di dalam tubuh dari perubahan lingkungan luar (milieu exterieur) sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh. (Minarma.2004)

Pengertian Homeostatis
     Seorang ahli faal Amerika Serikat, Walter Cannon menyebutkan upaya mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil ini sebagai homeostatis. Homeostatis berasal dari kata Yunani homeo yang berarti sama dan statis yang berarti mempertahankan keadaan. Homeostasis adalah Kemampuan proses fisiologis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dan kecenderungan semua jaringan hidup guna memelihara dan mempertahankan kondisi setimbang atau ekuilibrium ( Cannon, 1926 )

Homeostasis adalah Konsistensi dan uniformitas dari lingkungan internal tubuh yang mempertahankan fungsi normal tubuh ( Anderson, 1996 ). Pendapat lain mengatakan bahwa Homeostasis adalah suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang di alaminya.
Homeostasis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci keberhasilan, bertahan dan tetap hidup, atau suatu keadaan seimbang yang sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan ( Dubois, 1965 )
 Homeostasis adalah suatu keadaan komposisi kimia dan fisiokimia yang konstan pada medium internal organisme. Homeostasis merupakan manifestasi keberadaan sejumlah faktor biologis yang konstan seperti indikasi kuantitatif, karakteristik suatu organisma pada kondisi normal. Termasuk temperatur tubuh, tekanan osmotik pada cairan, konsentrasi ion hidrogen, kandungan protein dan gula, konsentrasi ion dan ratio ion-ion aktif yang berhubungan dengan biologis dan sebagainya. Keberadaan mineral sebagai garam yang larut dalam medium sel, cairan interstitial, darah dan lymp, berperan langsung maupun tidak langsung dalam menjaga parameter-parameter biologis dalam keadaan konstan. (Hernawati. 2011)

Mekanisme Homeostatis
Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena dua hal, yaitu adanya perubahan aktivitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas sel dalam tubuhnya, hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar secara konstans, misalnya oksigen, nutrien, dan garam. Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam-maca hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang dialirkan kelingkungan internal (yaitu cairan ekstraseluler atau CES). Apabila aktivitas sel berubah, pengambilan zat dari lingkungan eksternal dan pengeluaran brbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga berubah. Perubahan aktivitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkungan internal. Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab mana pun (penyebab pertama atau kedua) harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu terjaga.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlangsung melalui sistem umpan baik. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa bahwa ada dua macam sistem umpan balik, yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif. Sistem umpan balik yang berfungsi dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah sistem umpan balik negatif.
Sistem umpan balik negatif dapat didenifisikan sbagai perubahan suatu variabel yang dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan perubahan tersebut ketempat semula. Sebaga contoh, peristiwa ang terjadi pada burung dan mamalia pada waktu mempertahankan suhu tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar 0,5°C kan mendorong timbulnya tanggapan yang akan mengembalikan suhu tubuh kesuhu awal, yaitu suhu seharusnya. Pada mammalia suhu tubuh seharusnya ialah 37°C. Dengan demikian, sistem umpan balik negatif pada contoh diatas akan selalu membawa sistem fisiologi kepada suhu tubuh 37°C. (Isnaeni. 2006)
Peristiwa yang terjadi pada sistem umpan balik positif berlawanan dengan peristiwa pada sistem umpan balik negatif. Pada sistem umpan balik positif, perubahan awal suatu variabel akan menghasilkan perubahan yang semakin besar, misalnya proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah sebenarnya bekerja melalui mekanisme umpan balik ositif, yang bertujuan untuk menghentikan pendarahan. Namun hasil dari proses tersebut selanjutnya bermakna sangat penting untuk mempertahankan volume darah yang bersikulasi agar tetap konstan.
Mekanisme umpan balik positif tidak terlibat dalam proses menjaga kondisi homeostasis, tetapi terlibat dalam penyelenggaraan fungsi fisiologis tertentu (antara lai proses pembekuan darah) dan fungsi sel saraf. Dalam penyelenggaraan fungsi sel saraf, akan terjadi urutan sebagai berikut. Pada awal proses pembentukan potensial aksi, sistem umpan balik positif bekerja dengan meningkatkan pemasukan ion Na⁺. Peningkatan pemasukan ion Na⁺ tersebut akan berlangsung terus hingga membran sel benar-benar terdepolarisasi. 

Komponen Penyusun Sistem Umpan Balik
Sistem umpan balik tersusun atas tiga komponen utama yaitu reseptor, pusat integrasi, dan efektor. Antara reseptor dan pusat integrasi dihubungkan oleh saraf sensorik, sedangkan antara pusat integrasi dan efektor dihubungkan oleh saraf motorik. Reseptor berperan sebagai pemantau perubahan yang terjadi dilingkungan, baik lingkungan luar maupun dalam tubuh hewan. Dalam sistem hidup, reseptor berfungsi sebagai transduser biologis, yaitu komponen struktural dalam tubuh hewan yang memiliki kemampuan untuk mengubah suatu bentuk energi yang lain. Dalam sistem umpan balik, reseptor bekerja dengan cara mengubah suatu bentuk energi yang dideteksi dari ingkungan (misalnya energi listrik dan energi kimia) menjadi potensial aksi. Potensial aksi yang terbentuk akan menjalar melalui serabut saraf aferen menuju pusat integrasi (pusat pengatur).
Pusat integrasi pada hewan biasanya berupa otak atau korda spinalis. Peran pusat integrasi ialah membandingkan informasi yang diterimanya dengan keadaan yang seharusnya (keadaan yang diharapkan). Sebagai contoh, hipotalamus yang terletak di dasar otak mamalia berfungsi sebagai pusat integrasi, antara lain dalam proses pengendalian suhu tubuh yang teselenggara dengan sistem umpan balik negatif. Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, hipotalamus bekerja dengan menentukan jenis tanggapan yang sesuai, yaitu tanggapan yang dapat membawa kepada suhu tubuh yang seharusnya (suhu harapan atau suhu ideal, 37°C). Penentuan jenis tanggapan dilakukan dengan membandingkan informasi suhu dari termoresptor dengan suhu harapan. Apabila informasi yang diterima menggambarkan bahwa suhu tubuh sama dengan dan atau lebih dari 37°C, pusat integrasi akan memerintahkan efektor untuk memberikan tanggapan yang dapat menurunkan suhu tubuh, misalnya dengan cara berkeringat, melebarkan pembuluh darah dikulit, atau kedua-duanya. Efektor ialah struktur dalam tubuh hewan yang berfungsi sebgai organ penghasil tanggapan biologis, yang dapat berupa sel otot atau kalenjar, dan bekerja atas perintah dari pusat integrasi. (Isnaeni. 2006)

Cara Kerja Sistem Umpan Balik Negatif
Pengendalian homoestasis sesungguhnya merupakan keseimbangan antara masukan (input) dan keluaran (output). Dalam mengatur suhu tubuh, sistem termoregulasi bekerja untuk menyeimbangkan perolehan panas denagan pelepasan panas. Apabila sistem umpan balik positif bekerja dalam termoregulasi, rangsang awal berupa peningkatan suhu tubuh/lingkungan akan menimbulkan tanggapan yang meningkatkan suhu tubuh menjadi lebih tinggi. Hal tersebut tidak akan memulihkan suhu tubuh ke suhu harapan, tetapi akan memperbesar kenaikan suhu. Peningkatan suhu tubuh yang berlebihan akan sangat membahayakan hewan.
Mekanisme pengendalian kondisi homoestasis seperti yang diuraikan diatas merupakan mekanisme pengendalian secara fisioogis dengan melibatkan sistem saraf, yang bekerja sama dengan sistem endokrin. Mekanisme tersebut sering disebut feed forward. Feed foward merupakan aktivitas antisipori, berkaitan dengan perilaku hewan yang dimaksudkan untuk memperkecil (meminimalkan) kerusakan/gangguan pada sistem hidup, sebelum terjadi kerusakan/gangguan pada sistem hidup, sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah. Contoh yang baik untuk feed forward ialah peristiwa makan dan minum pada saat bersamaan. makan tanpa diikuti minum berpotensi menyebabkan dehidrasi sehingga homeostasis osmotik tubuh akan terganggu. Untuk memperkecil gangguan tersebut, sejumlah hewan melakukan makan dan minum pada saat yang bersamaan.
Proses pengendalian kondisi homeostasis juga dapat terjadi melalui mekanisme non fisiologis. Mekanisme semacam ini dapat dijumpai pada beberapa spesies hewan akuatik, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan-hewan tersebut pada umumnya merupakan golonga poikiloterm, sementara air merupakan lingkungan yang sulit mengalami perubahan suhu. Oleh karena itu, pemilihan air sebagai tempat hidup bagi hewan poikiloterm merupakan cara yang tepat untuk menjaga homoestasis suhu tubuh mereka. (Isnaeni. 2006)
Homeostatis ini pada dasarnya adalah untuk menstabilkan cairan di sekitar sel-sel organisme multisel yaitu cairan ekstrasel (CES), yang merupakan interface antara sel dengan lingkungan luar. Sel-sel tubuh selain harus selalu basah, harus pula mengandung zat-zat terlarut tertentu (solute) dalam kadar yang tertentu pula demi kelangsungan proses-proses dalam sel. Oleh karena itu parameter CES yang harus dipertahankan melalui homeostatis adalah
1.             Kadar nutrient
Sel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara terus-menerus untuk menghasilkan energi. Energi, sebaliknya, diperlukan untuk menunjang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang untuk mempertahankan kehidupan.
2.             Kadar O2 dan CO2
Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia pernbentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan sehingga tidak terbentuk asam yang meningkatkan keasaman lingkungan internal.
3.             Kadar sisa metabolisme
Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi.
4.             pH
Perubahan pada pH (jumlah relatif asam) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf dan merusak aktivitas enzim semua sel.
5.             Konsentrasi Garam, Air, dan Elektrolit lainnya
Karena konsentrasi relatif garam (NaCl) dan air di cairan ekstrasel memengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel, maka konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mernpertahankan volume sel. Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau menciut. Elekrrolit-elektrolit lain berperan dalam berbagai fungsi vital lain. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium (K+) yang relatif konstan di cairan ekstrasel.
6.             Suhu
Sel-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel terlalu dingin maka fungsi-fungsi sel akan terlalu melambat; dan yang lebih buruk lagi, jika sel terlalu panas maka protein-protein struktural dan enzimatik akan terganggu atau rusak.
7.             volume dan tekanan
Komponen lingkungan internal yang beredar, yaitu plasma, harus dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi penghubung antara lingkungan eksternal dan sel yang penting ini ke seluruh tubuh.
(Minarma. 2004)
Terdapat sebelas sistem tubuh utama yang berkontribusi terpenting dalam untuk homeostasis, yaitu :
1.    Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang membawa berbagai zat. misalnya nutrien, O2, CO2, zat sisa, elektrolit, dan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian lain.
2.    Sistem pencernaan, menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan keseluruh tubuh. Sistem ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. Sistem pencernaan mengeluarkan residu makanan ke lingkungan eksternal dalam bentuk tinja.
3.    Sistem respirasi, terdiri dari paru dan saluran napasmengambil O2 dari dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 penghasil asam, sistem pernapasan juga penting untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai.
4.    Sistem kemih, mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urin, bersama zat-zat sisa selain CO2. Sistem ini mencakup ginjal dan “perpipaan” yang terkait.
5.    Sistem tulang, memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium(Ca++). Bersama dengan sistem otot, sistem tulang juga
memungkinkan tubuh dan bagian-bagiannya bergerak. Selain itu, sumsum tulang-bagian interior lunak beberapa jenis tulang-adalah sumber utama semua sel darah.
6.    Sistem otot, menggerakan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Selain itu, karena otot rangka berada di bawah kontrol sadar maka orang yang bersangkutan dapat menggunakannya untuk melakukan beragam gerakan lain yang ia inginkan. Gerakan-gerakan ini, yang berkisar dari keterampilan motorik halus yang diperlukan untuk menjahit hingga gerakan kuat yang digunakan dalam angkat beban, tidak harus ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.
7.    Sistem integument (kulit dan struktur terkait), sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegah cairan internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang lenyap dari permukaan tubuh lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengontrol produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.
8.    Sistem imun (sel darah putih, organ limfoid), mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9.    Sistem saraf (otak, medula spinalis, saraf) adalah salah satu dari dua sistem pengatur(kontrol) utama tubuh. Secara umum, sistem ini mengontrol dan mengoordinasikan aktivitas tubuh yang memerlukan respons cepat. Sistem ini sangat penting terutama untuk mendeteksi dan memulai respon terhadap berbagai perubahan lingkungan eksternal. Sistem ini juga bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran, daya ingat dan kreativitas.
10.  Sistem endokrin adalah sistem kontrol utama lainnya. Sistem ini terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan, dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal dan mengatur fungsi ginjal.
11.  Sistem reproduksi, tidak esensial bagi homeostasis. sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup individu, akan tetapi sistem ini penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies. 
(Biomedisiana. 2015)

DAFTAR PUSTAKA :

Anonim. 2015. Konsep Dasar Homeostatis . http://biomedisiana.com/konsep-dasar-homeostasis/

Hernawati. 2011. Mineral dan Homeostatis (Keseimbangan Ionik dan Tekanan Osmosis). Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)

Muzaki, Ahmad. 2014. Makalah Pengertian Homeostatis. http://ahmadmuzaki47.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-homeostasis-ialah.html


Siagian, Minarma. 2004. Homeostatis : Keseimbangan yang Halus dan Dinamis. Departemen Ilmu Faal FKUI

 

0 komentar:

Posting Komentar